Pura Tirta Empul, Kuil Kuno Eksotis di Tampaksiring Bali - Manusia Lembah

Pura Tirta Empul, Kuil Kuno Eksotis di Tampaksiring Bali

Pulau Bali selalu menghadirkan keindahan alam, sekaligus adat dan budaya dalam satu tempat. Jadi tidak heran jika Bali menjadi salah satu destinasi wisata populer wisatawan di seluruh penjuru dunia. 

Selain objek wisata pantai yang menjadi tujuan utama, Bali juga memiliki banyak situs budaya yang cantik dan menarik untuk dikunjungi, salah satunya Pura Tirta Empul Tampaksiring. Pura Tirta Empul ini menjadi wisata unggulan di Bali, karena selain cantik juga terkenal akan tradisi melukatnya. 

pura tirta empul tampak siring
Pura Tirta Empul berada di Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Selain Candi Gunung Kawi, wisata di Bali ini menjadi destinasi populer di Tampaksiring. Pura Hindu ini bahkan diklaim sebagai salah satu yang terbesar dan tersibuk di Indonesia. 

Sebuah Kuil Kuno

Ada beberapa sumber tertulis yang mengungkap sejarah Pura Tirta Empul, salah satunya adalah Prasasti Manukaya yang ditulis menggunakan bahasa dan huruf Bali kuno. Pada prasasti ini menyebut tahun dikeluarkannya prasasti yaitu tahun 882 Saka (960 M) serta menyebut nama Raja Jayasingha Warmadewa. Prasasti ini juga memuat perintah raja untuk memperbaiki telaga atau tirta di air Mpul yang setiap tahun mengalami kerusakan karena derasnya air. (kebudayaan.kemdikbud) 

Dari prasasti tersebut dapat disimpulkan jika angka tahun prasasti dianggap sebagai tahun berdirinya pura, maka bisa dipastikan umur Pura Tirta Empul kini sudah mencapai 1050 tahun. 

Mitologi Dewa-dewa

pura tirta empul tampak siring
Ada cerita rakyat yang berkembang yang bersumber dari lontar Kekawin Usana Bali. Diceritakan bahwa Raja Mayadenama sewenang-wenang dan tidak menginjinkan rakyat melaksanakan upacara keagamaan untuk para Dewa. Hal itu membuat para Dewa marah dan menyerang Raja Mayadanama. 

Mengetahui bahwa Dewa Indra dan pasukannya akan menyerang, Mayadanawa segera menghadang dan terjadilan pertempuran dahsyat yang mengakibatkan banyak korban bergelimpangan. Mayadanawa yang melihat kekalahan pasukannya segera turun ke medan perang dan menantang perang tanding. Namun, Dewa Indra terus mendesak dengan melepaskan anak panah. 

Mayadanawa melarikan diri ke utara dan dipanah oleh Dewa Indra hingga mati. Konon, darah dari mulutnya menciptakan sumber air beracun bernama aliran air Petanu. Pasukan Dewa Indra yang meminum air itu'pun gugur. Melihat hal ini, Dewa Indra menciptakan air empul (air yang keluar dari tanah) dan berkata bahwa kelak, siapa yang diperciki air ini akan mendapat keberhasilan dan keselamatah.

Wisata Pura Tirta Empul

pura tirta empul tampak siring

Pura Tirta Empul dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
  1. Jaba Pura : Halaman paling luar yang terdapat balai wantilan dan sebuah kolam.
  2. Jaba Tengah : Halaman tengah pura yang terdapat taman suci berupa kolam yang terdapat tirta empul, Bale Pegat, Bale Agung dan Bale Gong.
  3. Jeroan : Halaman paling dalam dan tersuci. Di tempat ini terdapat bangunan - bangunan suci untuk memuja para Dewa, Bale Penandingan, Bale Gong, Bale Peselang dan Bale Pecanangan. 
Pura Tirta Empul memang memiliki sejarah yang sangat menarik. Setiap harinya, banyak wisatawan yang datang ke pura ini untuk berwisata dan antri melakukan tradisi melukat atau penyucian diri. Sebagai tempat yang disucikan, untuk masuk ke area wisata Pura Tirta Empul harus mengenakan kain yang sudah disediakan di pintu masuk area.

Sesuai namanya, Pura Tirta Empul memiliki air yang disucikan masyarakat setempat dan diyakini memiliki kekuatan magis yang dapat memberi kehidupan, kemakmuran, serta untuk menyucikan diri. Mata air yang ada disini berasal dari aliran Sungai Parikesan. 

Tradisi Melukat

Melukat menjadi daya tarik utama di Pura Tirta Empul dan biasanya menjadi tujuan utama wisatawan datang ke Tampaksiring. Melukat dilakukan di kolam pemandian yang memiliki 26 pancuran. Empat pancuran berada di kolam barat, berderet dari utara ke selatan. Sedangkan 22 pancuran berderet dari timur ke barat menghadap ke selatan. 


Masing-masing pancuran juga memiliki nama sendiri, diantaranya pancoran penglukatan, pebersihan, sudamala, panglebur gering dan panegtegan. Biasanya, banyak orang melakukan melukat pada 22 pancuran yang menghadap ke selatan. 

Untuk bisa melakukan melukat tidak sembarangan atau langsung masuk ikut-ikutan ke dalam kolam guys, karena semua ada aturannya. Bagi yang ingin melukat, wajib mengenakan pakaian adat, termasuk kamen yang diikatkan pada bagian pinggang. Umumnya mereka juga mempersembahkan sesajen berupa canang dan tinggal menunggu giliran untuk menundukkan kepala di bawah semburan air pancuran.

Berikut tata tertib melukat di Pura Tirta Empul :
  1. Menghaturkan yadnya apetik sari. 
  2. Tidak diperkenankan memakai shampo, tapal gigi dan sejenis lainnya. 
  3. Supaya memakai pakaian adat. 
  4. Bagi para wanita pada saar melebur harus memakai baju.
  5. Tidak boleh mencuci segala jenis pakaian. 
Melihat langsung tradisi melukat di Pura Tirta Empul ini ternyata memang tidak semua mengenakan pakaian adat, tetapi hanya melengkapinya dengan sarung adat yang dibagikan sebelum masuk pura tadi. Melukat juga tidak hanya bagi umat Hindu saja, tetapi bisa dilakukan semua orang untuk manfaat spiritual. 

Jeroan

pura tirta empul tampak siring
Jeroan merupakan bagian terakhir dari Pura Tirta Empul Tampaksiring. Jeroan atau utama mandala ini merupakan bagian inti  dan menjadi tempat sembahyang bagi umat Hindu. Jeroan melambangkan swarloka, yaitu dunia atas tempat kehidupan para Dewa. 

Sebelum masuk ke halaman ini, akan melalui pintu masuk yang disebut Candi Bentar. Jeroan ditempatkan lebih tinggai dari halaman tengah, sehingga bentuk pura keseluruhan bertingkat-tingkat semakin tinggi. Bangunan yang terpenting adalah bangunan tepasana persegi menyerupai bangunan candi. Bangunan ini adalah tempat bertahtanya Dewa Indra yang diceritakan dalam kitab Usana Bali. 

Di depan pelinggih itulah, masyarakat bersembahyang mohon keselamatan, kebahagiaan, ketentraman dan sebagainya. Selain pelinggih utama tersebut, masih ada pelinggih-pelinggih lain yang berderet dari barat ke timur. Bagian depan jeroan didominasi mata air besar yang menjadi sumber pancuran air pemurnian di Jaba Tengah.


Kolam Ikan

pura tirta empul tampak siring

Kolam Ikan yang ada di Pura Tampak Siring bukanlah sekedar kolam biasa. Kolam ikan ini dibangun sekitar tahun 1957, bersamaan dengan Istana Tampaksiring. Sebelumnya kolam ini berupa ilalang, kemudian dibangun dengan ukuran panjang 24 meter, lebar 12 meter dan kedalaman 2,5 meter.  Saat itu fungsi kolam ini dominan untuk tempat latihan tentara. 

Memasuki era 2000'an, masyarakat setempat menilai tidak etis ada kolam renang di area kawasan suci. Akhirnya sekitar tahun 2003, keberadaan kolam diganti menjadi kolam ikan dengan ukuran panjang 20 meter, lebar 12 meter dan kedalaman 1,5 meter. Agar lebih menarik, ditebar ikan koi yang kini jumlahnya ribuan dengan ukuran besar. 

Meski tampak sepele, keberadaan kolam ikan besar ini sangat menarik wisatawan, khususnya yang selesai melukat. Wisatawan yang datang ke kolam ini biasanya hanya berfoto, memberi makan ikan yang sudah disediakan petugas, atau sekedar cuci mata. Tempat yang teduh, sejuk ditambah suara pancuran air kolam serta penghuninya yang hilir mudik, membuat tempat ini cocok untuk istirahat sejenak guys!. Ingat ya... bukan kolam renang. 

Istana Tampak Siring

pura tirta empul tampak siring

Berbeda dari kisah dewa-dewa, istana Tampak Siring ini merupakan peninggalan bersejarah dari presiden Ir.Soekarno, yang masih difungsikan sebagai lokasi berlangsungnya acara kenegaraan. Istana yang berada di ketinggian 700 mpdl ini dibangun pada tahun 1957 dan selesai pada 1963. Arsiteknya adalah R.M Soedarsono. 

Di depan pesanggrahan itu, kolam pemandian Tirta Empul hanya terpisahkan oleh tebing curam setinggi 50 mter. Mungkin inilah yang melandasi asal nama 'tampaksiring' yang dalam bahasa Bali berarti 'telapak yang miring'. Istana ini difungsikan sebagia tempat peristirahatan Presiden RI dan keluarga, serta tamu-tamu negara yang berkunjung ke Bali.

Tips Wisata di Pura Tirta Empul Bali :

  1. Wisatawan wajib menggunakan sarung yang disediakan di area tiket masuk.
  2. Karena merupakan kawasan suci, sebaiknya berpakaian sopan, menjaga sikat dan menaati peraturan yang ada.
  3. Saat ada ritual keagamaan diharapkan tertib terutama dalam memfoto agar tidak mengganggu jalannya ritual.
  4. Wanita yang sedang datang bulan tidak boleh masuk pura. 
  5. Di area pemandian dilarang mandi pakai sabun, mencuci baju dan wajib mengaturkan sesajen seperlunya. 
  6. Pada hari tertentu, seperti hari raya (Umanis Galungan, Umanis Kuningan, Banyu Pinaruh), Purnama (bulan terang), Tilem (bulan mati) atau hari libur banyak orang melukat hingga penuh sesak. Jika tidak ingin antri bisa menyesuaikan waktu. 
  7. Jangan mengotori area wisata dan jangan melakukan vandalisme.

Informasi Wisata Pura Tirta Empul Bali : 

  • Lokasi : Jl. Tirta, Manukaya, Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. (Map : Klik Disini)
  • Buka / Tutup : 08.00 - 18.00 WITA
  • HTM : Rp. 30.000 (dewasa) ; Rp.15.000 (anak-anak)
  • Penginapan : Remy Homestay, Geriya de Kakiang Homestay, Bali Eco Resort & Homestay
  • Wisata Sekitar : Pura Gunung Kawi, Pulagan Bali Agro, Museum of Art Jero Bang Pinatih

Reff : kebudayaan.kemdikbud, wikipedia.