Candi Bajang Ratu, Sisa Kemegahan Ibu Kota Majapahit - Manusia Lembah

Candi Bajang Ratu, Sisa Kemegahan Ibu Kota Majapahit

Trowulan memang terkenal dengan banyaknya situs sejarah peninggalan Kerajaan Majapahit. Jika sudah pernah ke Trowulan, pasti sudah tidak asing dengan Candi Bajang Ratu yang letaknya tak jauh dari Museum Trowulan. 

Candi Bajang Ratu atau Gapura Bajang Ratu menjadi jujugan wisatawan lokal maupun mancanegara. Letaknya yang tidak jauh dari Museum Trowulan dan Candi Tikus, menjadikan tempat wisata di Mojokerto ini ramai dikunjungi di hari libur.

candi bajang ratu
Candi Bajang Ratu berada di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Berada sekitar 13 kilometer di sebelah tenggara Kota Mojokerto.Tempat wisata Candi Bajang Ratu bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Dari jalan raya Mojokerto - Jombang, tepat di perempatan Trowulan, belok ke timur, melewati Kolam Segaran dan Museum Trowulan. Sudah ada petunjuk yang jelas untuk memudahkan rute.

Penamaan Bajang Ratu

Nama Bajang Ratu memang terdengar cukup unik. Bajang dalam masyarakat Jawa sering digunakan untuk menyebut calon bayi yang tidak bisa lahir sempurna. Sedangkan Ratu berarti pemimpin atau Raja. Sehingga, Bajang Ratu memiliki arti 'Raja / bangsawan' yang ' kecil / kerdil / cacat' seperti istilah 'Pabajangan' yang berarti kuburan anak kecil. 

Penamaan gapura ini juga tidak lepas dari legenda yang berkembang di masyarakat sekitar, yaitu tentang Raja Jayanegara, raja kedua Majapahit. Ada beberapa versi legenda setempat tentang Raja Jayanegara yang memiliki keterkaitan dengan penamaan Bajang Ratu, yaitu :
  1. Dipercaya bahwa ketika kecil, Raja Jayanegara terjatuh di gapura ini dan menyebabkan cacat pada tubuhnya, sehingga diberi nama 'Bajang Ratu'. 
  2. Disebutkan bahwa ketika dinobatkan menjadi raja, usia Jayanegara masih sangat muda (bujang/bajang), sehingga diberi nama Bajang Ratu yang berarti 'Raja Cilik'.
  3. Sri Jayanegara meninggal di usia muda karena dibunuh tabib kerajaan. Karena sifat buruk dan kematiannya yang tragis, beberapa sejarahwan mengaitkan Bajang Ratu dengan Sri Jayanegara yang dimaknai sebagai 'Ratu yang gagal lahir dengan baik'. 

Nama Bajang Ratu pertama kali disebut dalam Oundheitkundig Verslag (OV) tahun 1915. Menurut para ahli yang telah melakukan penelitian, bangunan ini berhubungan dengan wafatnya Raja Jayanegara pada tahun 1328. 

Pintu Gerbang Tempat Suci

candi bajang ratu

Gapura merupakan pintu gerbang sebelum memasuki tempat suci. Ada dua jenis gapura yang berasal dari era Kerajaan Majapahit, yaitu :
  1. Gapura Paduraksa : gapura yang sisi kanan dan kirinya disatukan oleh atap. 
  2. Gapura bentar : gapura yang sisi kanan dan kirinya terpisah. 
Gapura Bajang Ratu adalah jenis gapura paduraksa yang memiliki empat ornamen Kala di empat sisinya. Uniknya, ornamen kala tidak tampak menyeramkan tetapi menunjukkan ekspresi tersenyum. 

Gapura Bajang Ratu berfungsi sebagai pintu masuk bangunan suci untuk memperingati wafatnya Jayanegara. Hal ini dikuatkan dengan adanya relief Sri Tanjung yang menceritakan tentang perjalanan setelah pelepasan dunia arwah. Sehingga gapura ini diduga sebagai pintu belakang, karena kebiasaan yang masih bertahan di masyarakat sekitar, yaitu melewati pintu belakang saat melayat. (Penelitian Badan Pelestarian Cagar Budaya)

Bangunan Gapura Bajang Ratu

candi bajang ratu

Bangunan ini berada pada ketinggian 41,49 mdpl, orientasinya mengarah ke Timur Laut - Tenggara. Bangunan ini terbuat dari bahan bata kecuali lantai tangga (bordes) serta ambang pintu (bawah dan atas) yang dibuat dari batu andesit. 

Denah bangunan berbentuk segi empat berukuran 11,5 x 10,5 meter dengan tinggin bangunan 16,5 meter dan lebar lorong pintu masuknya sekitar 1,40 meter. Secara vertikal, Gapura Bajang Ratu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kaki, tubuh dan atap gapura. Selain itu, gapura juga memiliki sayap dan pagar tembol di kedua sisinya. 

Kaki gapura memiliki tinggi 2,48 meter. Struktur kaki terdiri dari bingkai bawah, badan kaki dan bingkai atas. Bingkai-bingkat terdiri dari susunan pelipit-pelipit rata dan bingkat sisi genta. Pada sudut - sudut kaki masing-masing terdapat hiasan panel-panel, kecuali sudut kiri depan dihias dengan relief yang menggambarkan cerita "Sri Tanjung". Dalam kisah tersebut, muncul tokoh Ra Nini, jelmaan Dewi Lima Sakti Siwa. (Informasi Cagar Budaya Gapura Bajang Ratu)

Gapura Bajang Ratu dan Raja Jayanegara

candi bajang ratu

Candi Bajang Ratu diperkirakan didirikan antara abad ke 13 dan ke 14, mengingat fugsinya sebagai candi peruwatan Jayanegara. Dalam kitab Pararaton disebutkan bahwa Jayanegara wafat pada tahun 1328 M (Sira ta dhunarumeng kapopongan, bhiseka ring crenggapura pratista ring antawulan)

Menurut Krom (1926), Crenggapura dalam Pararaton sama dengan Cri Ranggapura dalam Negarakertagama, sedangkan Antawulan sama dengan Antasari. Sehingga disimpulkan bahwa dharma (tempat suci) Raja Jayanegara berada di Kepopongan alias Crenggapura atau Cri Renggapura, berada di Antawulan atau Trowulan. 

Dengan demikian, fungsi gapura diduga sebagai pintu masuk ke sebuah bangunan suci untuk memperingati wafatnya Jayanegara yang dalam Negarajertagama disebutkan kembali ke dunia Wisnu tahun 1328 M. Dugaan ini didukung adanya relief Sri Tanjung dan relief sayap yang mempunyai arti sebagai lambang pelepasan. 

Situs Sejarah Candi Bajang Ratu

Candi Bajang Ratu atau Gapura Bajang Ratu menempati area yang cukup luas yang didominasi hamparan rumput dan beberapa pohon teduh di sekelilingnya. Lokasinya yang tak jauh dari Museum Trowulan, tentunya peninggalan sejarah satu ini menjadi pelengkap wisata selain Candi Tikus yang berjarak sekitar 600 meter dari Candi Bajang Ratu. Baca : Candi Tikus, Situs Bawah Tanah di Kompleks Trowulan. 


candi bajang ratu

Selain diduga sebagai gapura tempat suci, ada pendapat lain mengenai fungsi dari bangunan ini. Mengingat bentukny gapura paduraksa, Bajang Ratu diduga merupakan salah satu pintu gerbang Keraton Majapahit. Perkiraan ini didukung oleh letaknya yang tidak jauh dari lokasi bekas istana Majapahit. 

Gapura Bajang Ratu tidak pernah sepi pengunjung meski pada hari biasa. Biasanya, pengunjung membeludak antara bulan Juli, Agustus dan September. Tempat wisata di Mojokerto ini tidak hanya sebagai destinasi wisata sejarah, tetapi bisa juga melakukan edukasi budaya, penelitian maupun ritual khusus seperti yang biasa dilakukan umat Hindu. 

Gapura ini sudah direnovasi dua kali pada zaman Belanda. Tahun 1915 merenovasi penyangga atap yang dulunya terbuat dari kayu diganti dengan besi. Renovasi kedua dilakukan pada tahun 1985 - 1991. Gapura Bajang Ratu telah selesai dipugar dan telah diresmikan pada tahun 1992 oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 

Bukan hanya Candi Bajang Ratu saja yang menarik, ada juga kepercayaan lokal seputar Gapura Bajang Ratu yang masih dipercaya. Konon, merupakan pamali jika seorang pejabat pemerintahan melintasi atau memasuki pintu gerbang Candi Bajang Raju, karena dipercaya akan bisa mendatangkan nasip buruk. Nah, daripada membuat banyak orang bertanya-tanya maupun mencoba, sudah ada larangan untuk naik ke candi. 

Kawasan Candi Bajang Ratu memang indah, berada di tengah taman, harus berjalan beberapa puluh meter untuk sampai ke candi. Dari kejauhan candi ini tampak menawan, berpadu dengan pepohonan rindang dan tanaman bunga yang tertata cantik. Meski terbilang kecil, suasana sejuk dengan nuansa sejarah pasti membuat betah berlama-lama. 

Tips Wisata di Candi Bajang Ratu :

  1. Patuhi aturan yang ada di tempat wisata cagar budaya Gapura Bajang Ratu.
  2. Jangan mengambil, merusak dan melakukan vandalisme pada benda purbakala di area situs.
  3. Jagalah kebersihan di area Gapura Bajang Ratu.

Informasi Wisata Candi Bajang Ratu : 

  • Lokasi : Jl. Candi Tikus No.9, Pelem, Temon, Kec. Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur 61362 (Map : Klik Disini)
  • Buka / Tutup : 07.00 - 16.00 WIB
  • HTM : Rp.3.000/orang
  • Wisata Sekitar : Kolam Pancing Kebon Jati, Candi Tikus, Candi Kedaton (Sumur Upas), Museum Trowulan, Kolam Segaran. 

Ref : Informasi Cagar Budaya Gapura Bajang Ratu, kebudayaan.kemendikbud, candi.perpusnas, situsbudaya.id,wikipedia.