Kete' Kesu, Adat Budaya dan Kehidupan Orang Mati Tana Toraja - Manusia Lembah

Kete' Kesu, Adat Budaya dan Kehidupan Orang Mati Tana Toraja

Kete' Kesu Tana Toraja. Berbicara tentang Toraja, tentu terlintas rumah panggung besar dengan atap seperti perahu. Itu memang tepat, namun yang paling menarik dari masyarakat Toraja adalah bagaimana mereka melihat kematian. 

Masyarakat Toraja percaya bahwa kematian adalah sebuah proses bertahap menuju akhirat (puya) dan itu adalah sebuah 'pesta'Kete' Kesu merupakan tempat wisata Tana Toraja berupa rumah adat dan kuburan batu yang berumur ratusan tahun. 

kete' kesu
Daya tarik khas adat dan budaya inilah yang menjadikan Tana Toraja banyak diminati oleh wisatawan untuk mengunjungi daerah tersebut.

Kete' Kesu berada di Desa Bonoran, Toraja, Sulawesi Selatan, Indonesia. Berada di sekitar 4 kilometer dari Kota Rantepao. Kete Kesu merupakan desa wisata yang sangat terkenal di Tana Toraja karena kehidupan dan adat masyarakat Toraja dapat ditemukan disini.

Rumah Adat Tongkonan

kete' kesu tana toraja
Memasuki Kete Kesu, jajaran rumah adat Toraja yang disebut tongkonan berjajar berhadapan dengan lumbung padi (alang surayang). Tongkonan di Kete' Kesu memiliki ukiran yang indah di setiap elemen kayu dan ada tanduk kerbau berderet di tiang bagian depan. Baca : 18 Tempat Wisata di Tana Toraja Paling Menarik dan Instagramable. 

Banyaknya tanduk kerbau ini menandakan tinggi-rendahnya status sosial pemilik rumah. Konon Tongkonan di Kete' Kesu sudah berumur ratusan tahun yang diwariskan secara turun temurun. Suasana adat dengan bangunan berumur ratusan tahun serasa membuat siapapun berada di negeri asing. 

Kuburan

kete' kesu Tana Toraja

Bagian paling menarik di Kete' Kesu ada di bagian belakang, ke arah tebing batu. Dengan berjalan sekitar 10 menit, akan tampak bangunan besar menyerupai rumah dengan patung di depannya. 

Ya, itu adalah kuburan modern masyarakat Toraja yang disebut patane. Kadang kuburan modern ini lebih dahulu dibangun sebelum anggota keluarga meninggal dan yang boleh memasuki kuburan modern ini hanyalah anggota keluarga saja.

Beralih ke sisi sebelah kanan, ada tebing batu yang juga merupakan kuburan  tradisional masyarakat Toraja yang konon sudah berumur ratusan tahun. Di area tebing ada banyak makam berupa peti kayu yang diletakkan di dinding tebing yang sudah dilubangi maupun digantung di atas. Peti kayu ini disebut erong, berbentuk runcing menyerupai perahu dan merupakan bentuk makam paling awal. 

Sama dengan tongkonan, semakin tinggi peti diletakkan di dinding tebing, menandakan semakin tinggi derajat seseorang sekaligus dipercaya semakin dekat dengan nirwana. Hal ini terjadi sekitar 7 abad yang lalu dimana masyarakat Tana Toraja masih menganut kepercayaan animisme.

kete' kesu
Kuburan Tebing Batu Kete' Kesu Tana Toraja
Di pemakaman Kete' Kesu banyak tulang belulang seakan-akan berserakan. Sebagian jenazah dulu memang hanya diletakkan begitu saja hingga menjadi tulang. Peti kayu yang sudah tua dan rusak juga salah satu faktor kenapa tulang-belulang ini berserakan. 

Apalagi masyarakat Tana Toraja tidak berani memindahkan tulang belulang yang jatuh jika bukan anggota keluarga. Lalu bagaimana masyarakat Toraja bisa mengenal tulang-tulang anggota keluarga yang sudah berserakan tersebut? Hm.....

Di sisi tebing ada satu ruangan yang terdapat banyak patung yang dibuat menyerupai jenazah yang disebut tau tau. Tau tau adalah sebuah kenangan keluarga yang telah meninggal. Tau tau dirawat layaknya keluarga, seperti baju yang dipakai tau tau kadangkala diganti. Ruangan ini dibatasi teralis besi untuk menghindari pencurian.

Upacara Adat

Kete' Kesu tak lepas dari upacara adat karena disini sering diadakan upacara adat, salah satunya adalah upacara pemakaman yang jelas merupakan ritual penting dan berbiaya mahal. Upacara pemakaman masyarakat Toraja disebut upacara Rambu Solo. Upacara Rambu Solo bertujuan untuk menghormati dan mengantar arwah menuju nirwana (priya)

Upacara ini adalah kesempurnaan kematian. Orang meninggal dianggap benar-benar dianggap meninggal jika upacara ini sudah digenapi. Jika belum, maka orang mati hanya dianggap orang sakit, sehingga tetap diperlakukan seperti orang hidup.

Seperti yang dikatakan di awal bahwa kematian adalah sebuah 'pesta', kemeriahan upacara Rambu Solo juga tergantung status sosial keluarga. Biasanya bangsawan akan menyembelih kerbau sekitar 24 - 100 ekor, sedangkan golongan menengan biasanya 8 kerbau dan 50 babi. 

Jika belum bisa mengadakan upacara Rambu Solo, jenazah akan disimpan di Tongkonan sampai pihak keluarga bisa menyediakan hewan kurban untuk mengadakan upacara. Kerbau belang yang disebut tedong adalah tokoh utama upacara adat Toraja. Banyaknya kerbau dipercaya bisa mempercepat perjalanan arwah ke dunia akhirat (puya). 

Peti pemakaman diukir sendiri oleh masyarakat Toraja yang dikenal ahli mengukir dan memahat patung. Selain peti, mereka juga memahat tau-tau dan sisi-sisi rumah adat. 

Hasil keahlian mereka ini juga bisa dimiliki para wisatawan berupa cinderamata yang diperjualbelikan di sekitar tempat wisata Kete' Kesu. Berbagai ukiran menarik yang dipahat sebagai pajangan dingin, baki dan peralatan rumah tangga. Selain itu ada kain, tas, sarung dengan motif Tana Toraja. 

Keunikan adat budaya Kete' Kesu yang tidak dimiliki tempat lain ini telah ditetapkan UNESCO sebagai cagar budaya dan siapapun tentu tidak ingin melewatkan mengunjungi Tana Toraja.